Friday, October 11, 2013

Jogjakarta, Banyak Cerita #2


Pernah gak sih lo ke suatu kota dan banyak meninggalkan cerita yang bahagia dan sedihnya, kali ini gue di Jogjakarta dan banyak banget cerita yang mungkin gak akan pernah bisa terlupakan sampai suatu saat nanti atau sampai rambut gue warna-warni.

"Jogjakarta", kata sebagian orang ini adalah kota dimana banyak orang yang jatuh cinta atau bahkan berbahagia, tapi buat sebagian orang ini kota mati, banyak hati yang membiru kaku, berlangit pekat dan bertahta nisan.



Setelah seharian di Jogja, rasanya mau tinggal di sana lebih lama lagi atau bahkan menetap. Bukan karena ada yang buat jatuh cinta atau tidak, karena gue belum sempet ke Malioboro atau ke tempat yang kata orang belum ke Jogja kalo belum ke tempat yang disebutkan tadi. Sedih rasanya. Seperti udah pacaran bertahun-tahun tapi ujung-ujungnya putus juga. Seperti udah pendekatan selama berbulan-bulan akhirnya jadi friendzone juga. Banyak cara untuk meraih bahagia salah satunya berkumpul dengan teman-teman. Selama di Jogja temen-temen gue banyak banget, dari yang muda unyu sampe yang tua tapi tetep keren.

Minggu pagi di Jogja, dihabiskan untuk bercengkaram, bercerita, atau bahkan bernyanyi sampai pukul 12 siang. Semua berlalu begitu saja, tanpa terasa.
Gue selama di Jogja sekamar dengan Dimastayo, rezaariesta, mas Wicak dan juga makhluk astral lainnya. Terutama Dimas, dia orang yang super-super ngeselin. You know, ada cewek yang manggil nama dia tapi dia malah nyaut dengan istigfar dan Reza, ada cewek yang manggil dia, dia malah batuk-batuk. Sedangkan gue, ada cewe yang manggil, gue malah tidur. Entah dengan  mas Wicak, mungkin dia kalo dipanggil bakal menghampiri. Tapi kita semua kalo dipanggil yang maha kuasa semoga bisa minta dispensasi. Astagfirullah.

Selama sekamar dan semobil sama Dimastayo gue merasa bangga aja, bisa keringetan di mobil bareng, bisa joinan rokok bareng dan gue merasa kaget bahwa di kasurnya Dimas ada bulu-bulu halus yang entah mungkin dari hutan tropis. Selama di mobil sama Dimas, dia ngetawain gue karena gue sempet baca puisi yang judulnya "Gigi", "Pada senyumnya, keputihan giginya. aku terpukau dan ingin bilang, gosok gigilah memakai resik v sabun sirih".

Dan masih banyak lagi cerita yang gak bisa gue tuliskan disini, pokoknya kalian biasa di luar pantesan rambutnya pada pirang kepanasan.
Waktu memang terkadang kejam, rela memisahkan apapun kalau memang sudah masanya. Kadang saya ingin merusak jam. Supaya kita bisa lebih lama bersama, teman.

Sempet sakit di Jogja, karena kecapean. Sempet muntah-muntah di Jogja karena mual-mual. Untung saja gak hamil. Dan sempat melihat kindahan Jogja yang mungkin bisa berpindah ke mana saja. Kalian teman, kenang aku dengan segala tawa dan bahagia, bukan dengan airmata. Bahwa sesungguhnya sebagian tawaku disebabkan oleh lelucon kalian.

Saat di stasiun, kali ini gue berharap keretanya telat dateng karena pending atau apalah, tapi ternyata gak bisa, waktu terasa berlari atau bahkan naik mobil yang dipasang NOS. Entahlah, stasiun Lempuyangan saat itu terasa sangat mengharukan, ada hati yang tertahan memohon untuk tetap tinggal hanya supaya kita bisa bersama dan tertawa lagi. Tapi tetap gak bisa, mungkin ini pertama kalinya gue mau nangis karena teman, ketika di wisma tempat penginapan, kita sempat menyanyikan lagu yang liriknya "jika kita nanti tua dan hidup masing-masing ingatlah hari ini kawan", saat itu gue merinding dan rasanya mau peluk pacar orang lain saja.

 Balik dari Jogja gue harus ke Solo dulu, karena kereta berangkatnya dari Solo, akhirnya kita berpisah di Lempuyangan karena harus balik ke kota masing-masing dan butuh waktu kembali untuk ngumpul dan berbagi tawa kembali tanpa dipisahkan jarak, sepertinya kita harus beli rumah satu blok di komplek supaya setiap hari ketemu dan jodohin anak kita masing-masing. Tapi please, gue gak mau jodohin anak gue sama anaknya roti buaya (baca: anaknya Iqbal), mau jadi apa bangsa dan negara ini.

Terima kasih, sudah hadir dalam cerita buku kehidupan saya. Lain waktu kita akan menusliskan cerita kembali yang lebih indah. Sampai bertemu lagi. Jogja atau kota lainnya. Yang dihadiri oleh kami perusuh untuk tetap rukun. Ada sedikit hal yang terjadi di malam itu, membuat saya mengerti bahwa semua terjadi begitu saja dan penuh dangan rasa.


We Are Brotherhood! Bhahahakwan.


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah memberikan komentar.