Wednesday, August 28, 2013

Kepada Jarak


Kepada jarak, detik jarum jam berbunyi tawa yang terus menusuk gendang telinga. Sepi malam menjadi gigil tanpa sepasang lengannya, atau penat siang menjadi gempita yang memenuhi pikiran, perihal jarak yang menyekat dua raga untuk saling berbagi rasa dengan bertatap wajah.

Tenang saja, sebaik-baiknya kita adalah merangkul degup rasa dengan kebahagiaan yang telah tercipta, tak lagi melinukan setiap sendi akibat luka cinta.

Atau kita ingin saling menggoreskan luka? Perihal keogisan rasa dan saling melumat hati dengan ucap yang tak terjaga. Taring kata, bermata dua.. Siap menusuk sekujur tubuh sampai membiru, kelak ketika kita lengah dan tidak memperjuangkan rasa untuk temu atau senandung merdu, hembus napas di tengkuk sampai ajal menjemput.


Aku dan kamu, mengharapkan temu. Mengangkasakan hati tanpa teori gravitasi.

Aku dan kamu, bertanya-tanya perihal jarak.

Apa itu jarak?
Menurutku jarak adalah sesuatu yang menguatkan kita untuk menjaga rasa yang ada, kesetiaan sampai pertemuan mengheningkan jarum jam.

Apa yang bisa kita perbuat terhadap jarak?
Banyak hal, pada jarak kita bisa doakan semoga dia dilumat secepatnya. Rindu memekik, tak bernapas ketika sepasang lengan saling mendekap sangat erat.

Apa kita bisa terus bersama, meski jarak musuh utama?
Sebaik-baiknya kita adalah menjaga perasaan yang ada, sebagaimana derasnya doa dan kuatnya setia.

Aku selalu menginginkan temu, membuat rindu kocar-kacir karena kita bergenggaman tangan, menggantungkan tawa, menuliskan cerita yang kelak akan menjadi senyum untuk dikenang.

Tenang, aku tak hanya diam. Aku sedang berusaha membunuh jarak antara kita.

Kelak, ketika kita bertemu. Bercerita perihal apapun yang ada di beranda pikiran yang bawel. Izinkan aku masuk lebih dalam di matamu yang jernih lalu mengendap dan diam di ruang hati merah muda semenjak kita ada.

Aku ingin selalu membuatmu bahagia, meronakan pipimu, nona.
Aku ingin melumat bibirmu yang merah, seperti buah jambu yang bunganya merekah.
Aku ingin menjadi peternak dalam sepi pikiranmu sampai tercipta induknya adalah aku.
Aku ingin ada dalam setiap doa yang kamu rapal perihal kebersamaan kita sampai lansia.
Aku ingin menjadi segalanya untukmu.

Tak usah kau menerka, arogan. Mempertanyakan segala yang ada. Sebab rasaku melebihi apa yang tertulis ini.

Tanyaku, apakah kau menjadikanku seperti aku menjadikanmu atas segala rasa?

1 comment:

  1. Entah kenapa pas baca ini aku gak mikirin siapa-siapa. Kosong. Dompetku kosong.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah memberikan komentar.